Review

Info
Studio : Pixar Animation Studios
Genre : Animation, Adventure, Comedy
Director : Dan Scanlon
Producer : Kori Rae
Starring : Billy Crystal, John Goodman, Steve Buscemi, Helen Mirren, Joel Murray

Senin, 01 Juli 2013 - 10:18:55 WIB
Flick Review : Monsters University
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 3401 kali


When it comes to Pixar Animation Studios, everyone comes with an unreasonable high expectation. Tidak salah. Semenjak memulai petualangan mereka dengan Toy Story (1995) dan kemudian menghadirkan film-film semacam Finding Nemo (2003), The Incredibles (2004), Ratatouille (2007), WALL·E (2008), Up (2009) hingga Toy Story 3(2010) yang tidak hanya menjadi favorit banyak penonton namun juga mengubah cara pandang kebanyakan orang terhadap film animasi, Pixar Animation Studios telah menjadi artis standar tersendiri atas kualitas produksi sebuah film animasi. Tidak mengherankan jika ketika Pixar Animation Studios merilis film-film seperti Cars 2 (2011) dan bahkanBrave (2012) yang berkualitas menengah (baca: cukup menghibur namun jauh dari kesan istimewa), banyak penonton yang mulai meragukan konsistensi rumah produksi yang kini berada di bawah manajemen penuh Walt Disney Pictures tersebut dalam kembali menghadirkan film-film animasi yang berkelas. Not wrong… but quite silly.

Sebagai sedikit pengingat: Pixar Animation Studios sama sekali belum pernah menghasilkan film-film yang berkualitas benar-benar buruk. Jika Cars (2006), Cars 2 ataupun Brave dirilis oleh rumah produksi animasi lainnya, tiga film animasi tersebut kemungkinan besar akan mendapatkan kredit lebih atas kekuatan penceritaannya. Anyway… Monsters University, yang merupakan prekuel dari Monsters, Inc. (2001), juga sepertinya akan mendapatkan reaksi yang sama dengan tiga film tersebut. Harus diakui, Monsters University hadir dengan kualitas penceritaan yang biasa saja – bahkan, jika dibandingkan dengan film pendahulunya, Monsters University terasa kehilangan begitu banyak sentuhan humanisnya. Tapi apakah hal tersebut membuat Monsters University menjadi sebuah presentasi yang buruk? Hardly. Mungkin terasa terlalu familiar, namun film arahan Dan Scanlon ini jelas masih memiliki banyak taji yang akan mampu membuat banyak penonton merasa jatuh cinta pada karakter Mike dan Sully – bahkan jika mereka belum pernah menyaksikan Monsters, Inc..

Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Scanlon bersama Daniel Gerson dan Robert L. Baird, Monsters Universitymembawa kembali penontonnya ke masa dimana Michael “Mike” Wazowski (Billy Crystal) baru saja memasuki masa perkuliahannya di Monsters University dalam memenuhi impiannya di masa kecil untuk menjadi seorang monster yang mampu memberikan rasa takut kepada anak-anak kecil. Permasalahan utamanya adalah… Mike sama sekali tidak memiliki kondisi fisik yang menakutkan. Hasilnya, meskipun Mike dengan mudah menyerap berbagai ilmu mengenai tata cara menakuti seorang anak dengan baik, Mike tetap dipandang sebelah mata oleh dekannya, Dean Hardscrabble (Helen Mirren), serta kebanyakan rekan-rekan mahasiswa lainnya.

Berbeda dengan Mike, James P. “Sully” Sullivan (John Goodman) terlahir dari klan monster yang telah terkenal kelegendarisannya dalam hal menghasilkan rasa takut. Bahkan tanpa mempelajari berbagai trik menakuti yang diberikan di Monsters University, Sully dapat dengan mudah menakuti setiap anak kecil yang ia jumpai dengan raungannya dengan tegas dan kuat. Dengan perbedaan tersebut diantara mereka, jelas dapat dimengerti mengapa Mike dan Sully awalnya begitu saling tidak menyukai satu sama lain. Namun, ketika Dean Hardscrabble kemudian memberikan mereka sebuah tantangan yang dapat mengancam posisi mereka di Monsters University, Mike dan Sully terpaksa harus menyingkirkan perbedaan mereka dan mulai saling bekerjasama untuk menghadapi dan menyelesaikan permasalahan tersebut.

Well… memang benar… Sama sekali tidak ada yang istimewa dalam jalan penceritaan Monsters University – yang pada dasarnya merupakan kisah perseteruan antara kelompok jocks dan nerds di bangku kuliah yang kemudian mendapatkan penyesuaian cerita untuk dihadirkan bagi para penonton muda. Konsep-konsep mengenai dunia monster yang pernah disajikan dalam Monsters, Inc. jelas tidak lagi menjadi kejutan cerdas ketika kembali dihadirkan dalamMonsters University. Dan jika Anda adalah salah satu penonton yang mengharapkan untuk mendapatkan sentuhan emosional yang memuncak – sehingga dapat membuat Anda menangis – ketika memilih untuk menyaksikan Monsters University, maka Anda kemungkinan besar akan kecewa dengan presentasi Dan Scanlon untuk film ini. Benar bahwaMonsters University adalah sebuah film tentang rasa persahabatan dan berbagai hal yang terjadi di dalamnya, namun Scanlon sepertinya lebih memilih untuk berfokus pada sisi bersenang-senang dari rasa persahabatan tersebut daripada menghadirkan sebuah usaha untuk membuat penontonnya menangis akibat rasa haru.

Tapi, sekali lagi, Monsters University, bukanlah sebuah presentasi yang buruk dan jelas akan sulit untuk dibenci oleh penontonnya. Seperti halnya film-film hasil produksi Pixar Animation Studios, Monsters University masih dilengkapi dengan tampilan visual yang begitu memikat. Semenjak lama, Pixar Animation Studios memang telah berhasil mengaburkan (bahkan menghapus) batas antara sebuah film animasi dengan sebuah film live-action – realitas dan ilusi. Hal yang sama juga terjadi pada Monsters University. Meskipun penonton disajikan dengan karakter-karakter yang begitu berwarna dan jelas tidak akan pernah hadir dalam kehidupan nyata, adalah sangat mudah untuk terlupa bahwa presentasi yang sedang tersaji adalah sebuah film animasi akibat kemampuan Pixar Animation Studios dalam menghadirkan detil gambar yang memukau serta tata kamera yang begitu hidup dalam mengikuti setiap pergerakan karakternya.

Kemampuan Scanlon bersama Daniel Gerson dan Robert L. Baird dalam menghadirkan dialog-dialog yang cukup cerdas serta dipenuhi deretan humor yang terasa segar dan menghibur juga layak diberikan kredit lebih. Dan yang terlebih utama, para pengisi suara Monsters University berhasil memberikan kehidupan yang begitu kuat bagi setiap karakter yang mereka sajikan. Billy Crystal dan John Goodman kembali memerankan karakter Mike dan Sully dan hadir denganchemistry yang begitu terasa erat. Helen Mirren mampu tampil sinis sebagai Dean Hardscrabble. Begitu juga dengan Steve Buscemi yang mengisisuarakan karakter Randall “Randy” Boggs yang dalam Monsters University diberikan sedikit kisah latar belakang mengapa ia menjadi sosok yang antagonis nantinya dalam Monsters, Inc..

Dan masih layaknya film-film persembahan Pixar Animation Studios lainnya, Monsters University juga dibuka dengan kehadiran sebuah film pendek yang berjudul The Blue Umbrella arahan Saschka Unseld. Berbeda dengan film-film pendek produksi Pixar Animation Studios sebelumnya, The Blue Umbrella menghadirkan teknik animasi yang diterapkan pada rekaman fotografi nyata. Sayangnya, meskipun merupakan sebuah keberhasilan teknis yang sangat menawan – serta ditemani dengan tata musik arahan Jon Brion yang begitu menghipnotis, The Blue Umbrella kurang mampu hadir dalam kualitas penceritaan yang istimewa. It’s nice but otherwise quite forgettable.

Pada akhirnya, adalah sangat mudah untuk memberikan penilaian sesaat bagi Monsters University: Anda akan menganggapnya remeh karena tidak sesuai dengan standar tinggi film-film produksi Pixar Animation Studios sebelumnya yang telah Anda tetapkan sendiri atau Anda hanya cukup menikmatinya dan mengalir dengan segala kekonyolan yang dihadirkan Dan Scanlon dalam presentasi Monsters University. Tidak mudah untuk menyingkirkan ekspekstasi tinggi pada sebuah film karya Pixar Animation Studios, tapi ketika Anda berhasil melakukannya, Monsters University akan cukup mampu menghadirkan waktu-waktu yang sangat menyenangkan untuk setiap penontonnya.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.