Review

Info
Studio : The Weinstein Company
Genre : Crime, Thriller
Director : Andrew Dominik
Producer : Dede Gardner, Anthony Katagas, Brad Pitt, Paula Mae Schwartz, Steve Schwartz
Starring : Brad Pitt, Scoot McNairy, Ben Mendelsohn, Richard Jenkins, James Gandolfini

Jumat, 15 Maret 2013 - 00:29:27 WIB
Flick Review : Killing Them Softly
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 2980 kali


Membutuhkan waktu lima tahun bagi sutradara asal Australia, Andrew Dominik, untuk memproduksi dan merilis film ketiganya, Killing Them Softly, untuk mengikuti kesuksesan kritikal The Assasination of Jesse James by the Coward Robert Ford yang dirilis pada tahun 2007 lalu. Sama seperti film keduanya tersebut – maupun film perdananya, Chopper (2000) – Killing Them Softly masih memiliki alur penceritaan yang berfokus pada karakter-karakter yang hidup dalam kelamnya dunia kriminal. Diadaptasi sendiri oleh Dominik dari novel karya George V. Higgins yang berjudul Cogan’s Trade (1974), Killing Them Softly jelas masih akan mampu memuaskan mereka yang memang menggemari cara Dominik dalam mengarahkan sebuah cerita yang dipenuhi dengan dialog-dialog tajam, meskipun, harus diakui, Killing Them Softly tidak memiliki plot cerita sekuat The Assasination of Jesse James by the Coward Robert Ford yang fenomenal tersebut.

Berlatar belakang di kota Boston, Amerika Serikat pada tahun 2008 – masa dimana Amerika Serikat sedang dilanda resesi ekonomi serta Barack Obama dan George Walker Bush sedang giat berkampanye untuk merebut kursi kepresidenan, Killing Them Softly memulai penceritaannya dengan kilas balik mengenai kisah Markie Trattman (Ray Liotta) yang mengkhianati sebuah lokasi perjudian tempat ia bekerja dengan menyewa beberapa orang untuk merampok tempat tersebut. Markie sendiri berhasil meloloskan diri dari dugaan bahwa ialah pelaku perampokan tersebut… hingga pada beberapa tahun kemudian, saat dirinya sedang mabuk, Markie mengakui sendiri tentang perbuatannya. Mengingat kejadian tersebut telah berlangsung lama, para penjahat yang sering berjudi di tempat tersebut hanya menertawakan kejadian tersebut dan sama sekali tidak berniat untuk membalas perbuatan Markie. Meslipun… hal tersebut bukan berarti mereka akan begitu saja melupakan perbuatan Markie.

Hal inilah yang kemudian dilihat seorang pria bernama Johnny Amato (Vincent Curatola) sebagai sebuah kesempatan untuk mendapatkan banyak uang. Ia berencana untuk merampok tempat perjudian tersebut yang akan menimbulkan banyak prasangka bahwa Markie-lah yang kembali melakukan perbuatan tersebut. Dengan bantuan Frankie (Scoot McNairy) dan Russell (Ben Mendelsohn), Johnny berhasil melakukan perbuatan kejahatan tersebut. Seperti rencananya, Markie kemudian menjadi orang yang disalahkan atas kejadian tersebut. Namun, tak semua orang percaya bahwa Markie mau sebodoh itu mengulang kembali perbuatannya. Atas dasar para pimpinan mafia yang mengelola tempat perjudian tersebut, seorang pembunuh bayaran bernama Jackie Cogan (Brad Pitt) kemudian diutus untuk menyelidiki siapa biang keladi sebenarnya dalam perampokan itu.

Frase Killing Them Softly yang digunakan Dominik sebagai judul film ini sendiri datang dari deskripsi bagaimana karakter Jackie Cogan selalu melakukan tugasnya: bagaimana ia selalu membunuh secara perlahan, tanpa diketahui dan dari kejauhan agar ia tidak merasa terikat secara emosional dengan setiap korbannya. Sialnya… frase tersebut kemungkinan besar juga dapat diaplikasikan pada para penonton yang mengharapkan bahwa film ini akan menjadi sebuah film yang dipenuhi dengan adegan-adegan penuh darah dan kekerasan. Well… Andrew Dominik memang menghadirkan beberapa adegan keras dan penuh darah yang ia sajikan dengan begitu stylish – yang mungkin akan mengingatkan beberapa penonton pada Drive (2011). Namun pada kebanyakan bagian, Killing Them Softly hanyalah diisi dengan pertukaran dialog antara para karakternya.

Namun, seperti layaknya dua film Dominik lainnya, dialog-dialog yang disajikan oleh Dominik pada Killing Them Softly adalah senjata sesungguhnya bagi film ini. Disajikan dengan tajam, black comedy yang begitu kuat dan mampu merefleksikan sisi kehidupan keras warga Amerika Serikat. Walau begitu, Killing Them Softly harus diakui beberapa kali menyajikan momen-momen lemahnya ketika Dominik memilih untuk menyajikan dialognya dalam durasi yang terlalu panjang sehingga kehilangan banyak sisi emosional yang seharusnya menanjak. Namun tetap saja, kehandalan Dominik dalam menyusupkan ironi-ironi persinggungan antara dunia politik, ekonomi dan sosial warga Amerika Serikat – yang dihadirkan secara cerdas melalui potongan-potongan pidato Barack Obama dan George Walker Bush di banyak adegan film – akan mampu membuat penonton setidaknya terprovokasi untuk memikirkan kondisi lingkungannya secara lebih mendalam.

Selain dialog yang tajam, Dominik juga berhasil menghadirkan deretan karakter yang begitu kuat sehingga masing-masing mampu berdiri sendiri. Lihat bagaimana Dominik mampu menggali karakter Jackie Cogan yang begitu cerdas dalam setiap pembunuhan yang ia lakukan namun tetap santai dalam tindakan kesehariannya. Atau karakter Mickey (James Gandolfini) yang berpenampilan keras namun digambarkan sedang hancur akibat hubungan asmaranya yang rusak. Atau duo karakter Frankie dan Russell yang benar-benar saling bertolak belakang namun saling mendukung kehadiran satu sama lain. Setiap karakter memberikan warna yang unik pada jalan cerita Killing Them Softly secara keseluruhan. Dan ketika diperankan secara mengagumkan oleh nama-nama seperti Brad Pitt, James Gandolfini, Scoot McNairy, Ben Mendelsohn, Richard Jenkins hingga Ray Liotta, karakter-karakter tersebut mampu tampil begitu hidup dan sangat, sangat meyakinkan.

WellKilling Them Softly jelas bukanlah sebuah film yang mudah untuk dicerna secara umum. Tidak seperti The Assasination of Jesse James by the Coward Robert Ford, Killing Them Softly hampir sama sekali tidak pernah melibatkan penonton untuk mengikutsertakan sisi emosional mereka dalam menyaksikan jalan penceritaan film ini. Andrew Dominik menyajikan film ini sebagai gambaran pahit akan kehidupan warga Amerika Serikat yang dilakukannya lewat dialog-dialog yang tajam serta karakter-karakter yang begitu kelam. Keras, gelap dan cenderung berjalan dengan ritme penceritaan yang sederhana, film ini jelas membutuhkan kesabaran yang kuat untuk dapat menikmatinya. Namun ketika Anda mampu melewati tahapan tersebut, Killing Them Softly akan memberikan cukup banyak keindahan yang puitis dibalik kekerasan yang disajikannya.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.