News


Senin, 13 Mei 2019 - 22:30:04 WIB
Brightburn
Diposting oleh : Haris Fadli Pasaribu (@oldeuboi) - Dibaca: 1104 kali

Sebelum ia dikenal sebagai sutradara film superhero seperti seri Guardians of the Galaxy (dan berikutnya adalah The Suicide Squad), James Gunn dikenal berkat film horor yang menjadi debut penyutradaraannya, Slither (2006), setelah sebelumnya mengerjakan naskah untuk remake Dawn of the Dead (2004) milik Zack Synder. Kini ia kembali ke ranah horor dengan Brightburn, meski Gunn hanya menjabat sebagai produser, karena bangku sutradara diduduki oleh David Yarovesky.

Menariknya Brightburn ini masih belum lepas dari ranah superhero juga, karena sepertinya terinspirasi dari kisah Kal-El asal planet Krypton yang terdampar di Bumi dan dibesarkan oleh pasutri Jonathan dan Martha Kent di kota kecil Smallville. Nantinya sang bocah diberi nama Clark Kent dan akan tumbuh dewasa menjadi seorang pahlawan super pembela kebenaran bernama Superman.

Kini, di dalam Brightburn sang bocah asal antariksa adalah Brandon Breyer (Jackson A. Dunn), yang diadopsi oleh Tori dan Kyle Breyer (Elizabeth Banks, yang reuni dengan Gunn selepas Slither, dan David Denman). Brandon yang awalnya tumbuh sebagai anak manis mulai menunjukkan gelagat aneh jelang pra-remaja. Ia kemudian menyadarai kekuatan supernya dan memutuskan untuk menebar teror kepada siapa saja yang ingin menghalanginya dalam menguasai dunia, termasuk kedua orang tua yang sudah membesarkan namanya.

Premis Brightburn memang sangat menarik; bagaimana jika sang manusia asing berkekuatan super memilih untuk memanfaatkan kekuatannya untuk berkuasa alih-alih melindungi. Dan di beberapa bagian, Brightburn memang menarik, apalagi saat memberi alterasi untuk asal-muasal yang kerap kita simak dari kisah seorang pahlawan super, utamanya Superman.

Berbagai adegan horor yang disajikan Yarovesky menarik dan menegangkan, apalagi dengan elemen kekuatan super sebagai bumbunya sehingga Kyle yang memilih Brighburn sebagai nama alterego-nya ini sulit untuk dikalahkan. Bayangkan sebuah film slasher dengan sang pembunuh berkekuatan di atas manusia rata-rata (bahkan lebih dibandingkan Jason Voorhees atau Michael Myers tentu saja).

Perpaduan antara sisi atmosferik dan gore di dalam Brightburn juga dieksekusi dengan baik, sehingga menimbulkan efek ngeri yang cukup efektif dalam memberi kejutan, meski sebenarnya pendekatan atau formulanya cukup tertebak, sehingga unsur kejutan boleh dikatakan nyaris tidak ada. Yang pasti finale-nya memiliki intensitas terjaga, sehingga sanggup untuk menggedor perasaan penonton.

Sayangnya jalan menuju itu terasa terbata-bata atau tertatih. Brighburn mungkin juga ingin menggali sisi psikologis dari Brandon Breyer, ketimbang horor belaka. Hanya saja penggaliannya terasa dangkal dan kurang elaboratif. Apalagi adegan dengan fokus pada sisi dramatik-nya, utamanya di paruh pertama, terasa berlarat sehingga nyaris membosankan.

Belum lagi banyak adegan yang terlalu mengandalkan suspension of disbelief, namun tidak dengan landasan atau pondasi kuat. Sebagai misal dan paling vital, karakter Brandon yang mengalami perubahan sifat dengan drastis. Ambiguitas yang awalnya coba dihadirkan tiba-tiba lenyap di pertengahan dan ia berubah menjadi villain dengan komitmen 100%. Pencetusnya kurang terbangun dan prosesnya tidak rapi, sehingga transformasi Brandon terasa dipaksakan.

Namun demikian, terlepas dari kekurangannya, Brightburn tetap menarik untuk disimak. Tentu saja banyak karakter manusia super dengan sifat antagonistik. Hanya saja, kapan lagi melihat mitologi seperti Superman diplintir menjadi film horor seperti ini?


Share |


Berita Terkait :
Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.