News


Sabtu, 13 Februari 2016 - 22:37:53 WIB
Deadpool
Diposting oleh : Haris Fadli Pasaribu (@oldeuboi) - Dibaca: 3104 kali

Ryan Reynolds sepertinya masih penasaran ingin menjajal kemampuan dirinya untuk berperan sebagai seorang pahlawan super. Deadpool, yang merupakan karakter komik Marvel ini, pernah diperankannya dalam ‘X-Men Origins: Wolverine’ (2009). Peran yang terbatas dan tidak begitu sesuai dengan komiknya mungkin membuat Reynolds merasa kurang puas. Setelahnya ia menjajal menjadi pahlawan super dari DC, 'Green Lantern’ (2011) yang sayangnya berkualitas semenjana. Sebelumnya di tahun 2004 ia sudah turut membintangi 'Blade: Trinity’.

Beruntung ia kini punya kesempatan untuk “mengaktifkan” kembali Deapool dalam sebuah film solo yang (tentunya) berjudul serupa. Dengan adanya 'X-Men: Days of Future Past’ yang sukses mengubah timeline universe seri X-Men, maka 'Deadpool’ pun mendapat keuntungan dengan menghadirkan sosok yang lebih mendekati komiknya: slengean, santai dan tukang ngebanyol.

Pengarahan 'Deadpool’ dipercayakan kepada Tim Miller, animator peraih nominasi Oscar untuk fim animasi pendeknya. Ia sendiri sudah berpengalaman mengerjakan adegan pembuka untuk  'The Girl with the Dragon Tattoo’ dan 'Thor: The Dark World’, sehingga secara visual yang penuh gaya tidak perlu ditanyakan.

Sayangnya dari segi penceritaan Miller perlu banyak belajar lagi. Alurnya berjalan dengan tertatih-tatih, sementara plot sebenarnya tipis sekali.

Cerita berpusar pada Wade Wilson (Reynolds), seorang tentara bayaran, dan kekasihnya Vanessa Carlysle (Morena Baccarin). Kisah percintaan mereka tampaknya akan berakhir bahagia sampai Wade divonis kanker. Lantas ia tergoda untuk mengikuti sebuah program misterius guna penyembuhan dirinya, yang ternyata adalah sebuah proyek eksperimen untuk mengubah orang menjadi mutan dengan kekuatan super.

Wade kemudian menjelma menjadi sosok bertopeng bernama Deadpool untuk memburu Ajax atau Francis Freeman (Ed Skrein) yang adalah sosok di belakang eksperimen ini. Lantas ada Colossus (Stefan Kapičić) bersama Negasonic Teenage Warhead (Brianna Hildebrand), yang mencoba menarik Deadpool bergabung bersama X-Men.

Sudah. Begitu saja.

Pada intinya ini kisah cinta Wade Wilson bersama Vanessa Carlysle dengan bumbu-bumbu laga ala superhero. Oh ya, karena Deadpool adalah sosok yang slebor, maka harapkan tingkah laku serta umbaran kalimat-kalimat jenaka dari dirinya. Beberapa candaan ini efektif dan sangat mengundang gelak tawa, terutama saat “mengejek” berbagai formula film superhero, hingga beberapa referensi yang sifatnya meta ke seri X-Men dan upaya breaking the fourth walldengan mengajak penonton berinteraksi.

Awalnya menyenangkan untuk disimak, seolah-olah 'Deadpool’ adalah sebuah parodi jenial akan trend superhero. Efektif pula dalam menutupi tertatihnya jalannya plot tadi. Hanya saja lama kelamaan terasa melelahkan. Deadpool seperti sosok cerewet yang seolah-olah sibuk mencari perhatian dengan tingkah hiperaktifnya, sehingga terkesan menyebalkan, ketimbang cerdas dalam menyatir.

'Deadpool’ seharusnya belajar pada 'Kick-Ass’ (2010). Pendekatannya sama. Tapi plotnya diolah dengan dinamis, meski ceritanya juga tak kalah tipis. Karakter-karakternya pun terasa lebih hidup, ketimbang jenerik dan dua dimensional seperti yang mempopulasi 'Deadpool’. Adegan kekerasan pun dimanfaatkan dengan baik, integratif dan efektif dalam 'Kick-Ass’, sedangkan 'Deadpool’ bergaya tapi klise, tanpa esensi.

Reynolds sendiri tampaknya sudah memberi upaya terbaiknya untuk menghidupkan Deadpool. Tapi pada beberapa kesempatan ia tidak terasa meyakinkan, terutama di adegan dimana ia tidak harus memakai topengnya. Mungkin sudah saatnya bagi aktor rupawan ini menyadari jika karakter superhero bukan untuk dirinya.


Share |


Berita Terkait :
Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.