Feature


Minggu, 13 Desember 2015 - 19:53:08 WIB
Japanese Film Festival 2015 - Sarana Pertukaran Budaya Antara Indonesia & Jepang
Diposting oleh : Adi Subandyono (@the_urban) - Dibaca: 1598 kali

Jepang merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki industri film yang besar. Tidak hanya film, industri animasinya juga menjadi salah satu yang terdepan di dunia pada saat ini. Disana, film dan animasi menjadi industri yang diprioritaskan, dilindungi, dan didukung penuh oleh pemerintahnya. Hal ini tidak lepas dari peran film dan animasi Jepang sebagai “ujung tombak” pertukaran budaya Jepang dengan negara-negara lain di dunia, termasuk juga dengan Indonesia.

Akhir November sampai awal Desember lalu, diadakan sebuah festival film yang merupakan hasil kerjasama dari Kedutaan Besar Jepang di Indonesia dengan Agency for Cultural Affairs of Japan, Japan Foundation, dan Japan Image Council (JAPIC). Festival ini bernama Japanese Film Festival, yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman dan kedekatan terhadap budaya Jepang serta mendorong pertukaran dan pengembangan kalangan kreator muda di bidang perfilman dan animasi. Pekan film dan animasi Jepang terbesar di Indonesia ini sebenarnya merupakan salah satu program tahunan yang diadakan sejak tahun 2004. Dengan tajuk “Nikmati Film Jepang Terkini!”, Japanese Film Festival 2015 kemudian berlangsung mulai dari tanggal 26 November 2015 sampai dengan 1 Desember 2015 di CGV Blitz Grand Indonesia Jakarta.

Sebagai sarana pertukaran budaya, Japanese Film Festival 2015 secara keseluruhan menayangkan 30 karya yang terdiri dari 11 film panjang  dan 19 film pendek animasi dengan kategori yang beragam. Untuk film live-action ditampilkan film-film seperti The Kirishima Thing, The Little House, The Great Passage, The Pearls of the Stone Man, Being Good, sampai dengan film horor The Complex. Meskipun untuk beberapa film merupakan film dengan tahun produksi yang cukup lama seperti tahun 2012 dan 2013 akan tetapi keseluruhan film yang ditayangkan sama sekali belum pernah diputar di Indonesia. Untuk film animasi, ada 4 film animasi panjang yang menjadi unggulan, yaitu The Tale of The Princess Kaguya dari studio Ghibli, Giovanni’s Island, Tamako Love Story, dan Evangelion: 3.33 You Can (Not) Redo. Terbukti selama penyelenggaraan film-film animasi ini cukup meraih banyak minat penonton terutama film Evangelion 3.33 dan The Tale of The Princess Kaguya. Sementara untuk film pendek animasi, 19 film yang ada ditayangkan dalam sebuah program tersendiri yang bernama Short Animation Selection.

Pada hari Kamis tanggal 26 November 2015, diputar film A Samurai Chronicle, peraih penghargaan Japan Academy Prize karya sutradara Koizumi Takashi sebagai film pembuka. Sutradara yang pernah menjadi asisten dari maestro Akira Kurosawa ini hadir sebagai tamu undangan dalam festival. Tidak hanya beliau, turut hadir pula sineas-sineas Jepang lainnya seperti produser dari film Being Good dan beberapa sutradara serta animator Jepang. Acara malam pembukaan kemudian juga dihadiri oleh perwakilan dari pemerintah Jepang, Japan Foundation, Agency for Cultural Affairs of Japan, dan JAPIC. Sebagai perwakilan dari pemerintah Jepang, Kozo Hosei yang menjabat sebagai wakil duta besar Jepang untuk Indonesia berharap pemutaran karya-karya Jepang ini dapat membuat masyarakat Indonesia untuk menaruh minat yang lebih banyak dan semakin tertarik dengan budaya Jepang. Sementara Saiki Koze yang merupakan perwakilan dari Agency for Cultural Affairs of Japan, menyatakan bahwa dirinya sebagai penyelenggara merasa bangga mewakili budaya Jepang pada saat ini dan merasa bersemangat karena di DKI Jakarta ternyata terdapat banyak penggemar budaya Jepang.

JFF 2015 - Koizumi Takashi

Selain pemutaran-pemutaran film Jepang yang sudah disebutkan sebelumnya, pada Japanese Film Festival 2015 juga diadakan sebuah program pertukaran melalui diskusi terbuka Beyond Anime dengan Hellomotion Indonesia. Diskusi ini bertujuan agar animator indonesia dan Jepang merasa lebih dekat lagi dengan berdiskusi dan bertukar pendapat, yang mana diharapkan dapat lebih mempererat hubungan persahabatan kedua negara. Salah satu aktris legendaris Indonesia yang menerima bintang jasa dari kaisar Jepang dan duta dari festival, Christine Hakim mengatakan bahwa dirinya percaya sekali festival film Jepang akan bermanfaat bukan hanya meningkatkan ikatan batin tetapi juga untuk saling mengenal, memahami, dan belajar satu sama lain antara Indonesia dan Jepang.

JFF 2015 - Christine Hakim

Akhir kata, Japanese Film Festival 2015 di Indonesia tidak hanya hadir sebagai sebuah alternatif bagi masyarakat luas untuk dapat menyaksikan film-film Jepang yang sebelumnya belum pernah diputar di bioskop-bioskop tanah air namun juga sebagai media pertukaran budaya yang kuat antar kedua negara. Besar harapan kemudian Japanese Film Festival di Indonesia dapat berkembang mengikuti festival film Jepang serupa di negara-negara lain, tetap kembali memutarkan film-film Jepang terbaru, dan dapat juga berlangsung di kota-kota lain di Indonesia.

JFF 2015 - Tamu Undangan


Share |


Berita Terkait :
Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.