Feature


Jumat, 20 September 2013 - 17:25:13 WIB
Feature - Sepuluh Tips Menjadi Buzzer Film Sukses
Diposting oleh : Shinta Setiawan (@ssetiawan) - Dibaca: 3579 kali

Selera film merupakan sesuatu yang sangat personal. Tetapi, saat seorang penggemar film menemukan sebuah film yang dianggap layak untuk dikenal khalayak yang lebih luas, mereka kadang berani melangkah ke jenjang selanjutnya dan memilih menjadi buzzer film tersebut.

Tidak seperti buzzer bergelar selebtwit yang berada di bawah kontrak agensi, para buzzer film level jelata ini melakukan tugasnya tanpa bayaran. Atas kecintaannya pada film tertentu, orang-orang nekat ini mengadu nyalinya dengan seluruh dunia dan berani mengambil resiko dicaci-maki – atau dipuji kalau filmnya memuaskan. Tak ingin kalah dengan para pejuang film yang setia meneror para calon penonton di Internet ini? Inilah panduan singkat bagi Anda yang sudah hilang akal dan ingin menjadi buzzer film pro bono yang sukses:

1. Know Thy Self

Film yang Anda pilih untuk promosikan menggambarkan banyak hal tentang pribadi Anda. Sebelum memilih film yang akan Anda bela sampai titik darah penghabisan, ada baiknya kalau Anda sudah terlebih dahulu memastikan bahwa film yang dipilih bukan sesuatu yang akan menghancurkan citra Anda secara permanen. Bila tahun ini Anda mempromosikan “Metallica: Through the Never”, bayangkan komentar publik ketika film selanjutnya yang Anda kampanyekan adalah film yang dibintangi Cherry Belle. Hal ini kemungkinan besar akan berakhir dengan bencana.

Selaraskan film yang Anda pilih dengan kepribadian Anda. Apakah Anda seorang snob yang anti film mainstream? Apakah di balik tampang kalem dan damai Anda ternyata hobi menonton pembantaian di layar lebar? Apakah Anda seorang fanboy yang lebih memilih membeli komik daripada makan? Jalan untuk memahami film yang Anda promosikan dimulai dari memahami diri sendiri.

2. Follow Film News

Buzzer film tak selalu jadi orang pertama yang tahu mengenai sebuah film sebelum orang-orang lain. Meski demikian, sebaiknya Anda punya pengetahuan yang cukup mengenai berita film. Pertimbangan mengenai kelayakan sebuah film untuk dipromosikan sering bergantung pada nada pemberitaan yang menyertainya. Karena itu, pantau berita film dengan seksama (dan tak ada salahnya untuk follow @flickmagazine).

Terkadang, potensi sebuah film sudah terlihat sejak materi promosinya pertama kali beredar. Contohnya, Mamang Ian Salim (@IanSalim) sang #BaserAzrax yang sudah mengenali potensi di balik film yang dibintangi Aa Gatot Brajamusti ini sejak lama. “Gue ngeliat Azrax ini potensi 'cult' nya gede, jadi gue baserin dari sejak ada posternya,” ungkap mantan #BaserTheCabinInTheWoods yang juga sama-sama merupakan film cult. 

3. Pick the Perfect Pedigree

Menjadi buzzer sebuah film biasanya diawali dengan rasa kagum tingkat tinggi pada orang-orang yang ada di belakangnya. Sutradara, aktor, aktris, penulis naskah, sinematografer, komposer, dan banyak lagi bisa menjadi poin awalan untuk menebak-nebak apakah film yang akan Anda promosikan akan punya kualitas membanggakan atau justru busuk tiada tara.

Beberapa orang punya loyalitas yang tinggi pada mereka yang terlibat di belakang sebuah film. Contohnya, Indanavetta Putri (@Tyazism) yang menjadi baser tiga film hasil kolaborasi Steve McQueen dan Michael Fassbender secara beruntun, “Hunger”, “Shame”, dan yang terbaru, “12 Years A Slave”.

“Alasan pertama gue baserin film Hunger, Shame, 12 Years A Slave karena gue adalah Fansbender [penggemar Michael Fassbender],” kata Inda. “Gue kemudian jatuh hati sama gaya bertutur McQueen yang sangat detail dan nyata. Dia mengangkat hal-hal yang orang laen nggak kepikiran, dan dia tahu cara memaksimalkannya. Dia tipe sutradara yang punya idealisme soal film yang dia buat dan dia nggak mau kompromi soal itu. Film dia mungkin memang bukan film kebanyakan, super segmented, tapi gue pengen banyak orang mengerti keindahan di balik tragedi yang digambarkan McQueen.” 

4. Take the Leap 

Bila semua hal di atas telah dipenuhi, langkah selanjutnya adalah memantapkan mental untuk mendeklarasikan diri sebagai #Baser(Isi Judul Filmnya) pada teman-teman Anda. Kenapa deklarasi itu penting? Karena ketika film tersebut ternyata sukses, Anda bisa menyombong menjadi orang pertama yang melihat butiran berlian dalam lumpur ini.

5. Declaration of War

Tiap usaha nekat pasti akan menimbulkan pro, kontra, dan bully. Karena itu, kenali calon-calon masalah sejak dini. Pemahaman ini akan membantu pada saat nantinya kampanye film Anda sudah berjalan dan di tengah jalan Anda dan film Anda malah dituduh macam-macam.

Contohnya adalah Vian (@apatisvian), #BaserYoureNext yang sudah mengawal film jebolan TIFF Midnight Madness ini dari tahun 2011. Karena film yang dipromosikannya didistribusikan di jaringan bioskop tempatnya bekerja, tentu dirinya telah menyiapkan diri menghadapi komentar bahwa pilihannya sebagai buzzer film dipengaruhi oleh pekerjaannya.

“Gw ngebaserin sama sekali nggak dibayar dan nggak berhubungan sama kerjaan juga. Cuma karena gw suka filmnya aja. That’s it. Makanya gw juga nggak lebay dan banyak-banyak baserinnya, apalagi nambahin komen pribadi, karena percuma, nggak ada yang percaya,” komentarnya.

6. Promotion, Promotion, Promotion

Tugas pertama seorang buzzer film adalah menimbulkan awareness terhadap sebuah film. Pantau berita terbaru dan pastikan teman-teman Anda selalu memperoleh informasi paling aktual dari film yang Anda promosikan. Apa hal-hal paling mendasar yang harus dilakukan seorang buzzer film dalam berpromosi?

“Kalau gw sih akan terus ngepost hal-hal yang berhubungan sama Godzilla. Entah itu berita, artikel lawas, info dan lain-lain yang bikin orang penasaran,” kata Riano Nandiwardhana (@ninoriano), #BaserGodzilla, film Gareth Edwards yang akan diputar musim panas tahun depan. 

7. Present the Good, the Bad, and the Ugly

Saat paling mendebarkan tentu adalah saat-saat dimana ulasan mengenai film Anda mulai tersebar secara luas untuk pertama kalinya. Lapangkan dada untuk menerima semua pujian dan cacian. Memilih untuk mempromosikan ulasan yang bagus saja memang hak Anda. Tapi untuk menunjukkan bahwa film tersebut masih dibuat oleh manusia yang tak lepas dari salah dan dosa, ada baiknya kalau sesekali ulasan yang buruk dan aneh mengenai film tersebut juga turut Anda tampilkan.

8. Haterz Gonna Hate

Tak semua orang akan menyukai kampanye yang Anda lakukan. Karena itu bersiaplah mendapat cibiran, hate mail, dan hilangnya followers karena aksi ngebuzz Anda. Apa saja kenangan-kenangan “manis” yang diperoleh Ian Salim selama menjadi #XahabatAzrax?

“Udah di-unfollow berapa orang entah berapa, tapi masih banyakan di-follow-nya ketimbang unfollow. Kalo ada yang nyinyir, ya ternyata kena batunya sendiri sih mereka,” terangnya. “Kayak minggu kemaren pada nyinyir pas Azrax udah nggak tayang, tau-taunya besok tayang lagi. Udah gitu malah diperpanjang semingguan lagi, dan bola saljunya makin gede. Ini kan udah masuk minggu ketiga. Udah jadi film cult statusnya.”

9. Yes to Freebies

Ingin menjadi baser film dengan total? Tak hanya memperkenalkan calon penonton pada sebuah film, Anda juga dapat menuntun mereka untuk menikmati materi dan produk-produk pendampingnya. Suka dengan kisah belakang layarnya? Bagikan trivia. Suka dengan musik? Bagikan link untuk mendengarkan score filmnya. Punya terlalu banyak uang yang menganggur? Bagikan action figure karakter filmnya.

“Baser sukses menurut gue dua. Yang biasa: yang bisa menimbulkan awareness pada film ybs even pada follower-nya yang awam. Yang kedua yang advanced: yang bisa meneruskan apresiasi film ybs setelah film selesai. Termasuk soal trivia, merchandise, OST, dan lain-lain,” menurut Adi Nugroho (@AdiWriter).

10. Move On

Salah satu berita paling tidak enak yang harus diterima seorang buzzer film gerilya adalah kenyataan pahit bahwa film yang dipromosikannya tidak akan pernah diputar di bioskop Indonesia selama-lamanya. Bagaimana cara menerima hal ini dengan ikhlas?

Adi Nugroho yang juga merupakan buzzer spesialis film-film yang tidak pernah diputar di layar bioskop Indonesia berbagi tips move on miliknya. Bagaimana rasanya tidak akan pernah menonton “Upstream Color” di bioskop lokal?

“Sebenarnya kalau mau ideal, semua film yang gue baserin inginnya nonton di Mann's Chinese atau Alamo Drafthouse, tapi kan nggak bisa. Intinya, I want to see the movie I buzzed in the best and available condition. So it doesn't matter lewat screener hari ini atau di bioskop besok. Kalau secara mental kita anggap di screener bisa mendapat yang cukup baik, ok dan toh nanti akan nonton lagi. Akhirnya kan balik ke kemampuan kita juga. Kalau mampu pergi ke Australia atau Singapura, ya why not,” tutupnya. Intinya? Banyak-banyaklah menabung untuk pergi ke bioskop negara tetangga.

Konklusi 

Pada akhirnya, seorang buzzer film dapat disebut sukses apabila mampu menyebarkan pengetahuan akan adanya sebuah film dalam lingkaran pertemanannya yang terdiri dari orang-orang dengan berbagai karakter.

Seperti yang dikemukakan Adam Prakasa (@adam_prakasa), #BaserPrometheus, reward terbesar dari menjadi baser film gratisan adalah kesempatan untuk mempromosikan sesuatu yang disukainya.

“Buat gue, ngebaserin film yang gue tunggu itu menyenangkan karena loe akan makin excited sendiri, terus secara nggak langsung bikin orang penasaran. Dan orang itu bakal ikut excited, atau ya paling muak, tapi ini demi film yang menurut gue layak gue tunggu. Kalo dibilang enak sih enggak. Dibilang seru, deg-degan, baru iya. Gue gak peduli ada yang bully gue atau bully film yang gue buzz-in, karena emang menurut gue filmnya layak dibuzz,” rangkumnya.

Seperti kritikus film, tugas buzzer film bukanlah untuk mendorong penjualan tiket. Tak ada jaminan bahwa promosi yang mereka lakukan punya dampak besar terhadap performa sebuah film di pasaran. Meski demikian, tak ada ruginya untuk membantu orang-orang untuk menemukan sebuah film baru yang mereka belum pernah dengar. Your movie could be someone’s next gem. So, keep buzzing.

 

Catatan: penulis adalah #BaserGravity dan masih menunggu kemurahan hati Warner Bros. Indonesia untuk menyumbangkan merchandise Gravity untuk nonbar bulan depan.


Share |


Berita Terkait :
Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.